Romantisme Pun Bisa Kadaluarsa


SEBUAH penelitian membuktikan setelah 1-2 tahun menjalin hubungan, gairah dan romantisme bisa surut. Wah! Penelitian yang dilakukan Universitas Pisa di Italia ini menemukan bahwa daya tarik seseorang terhadap pasangannya hanya akan bertahan selama 1-2 tahun saja. Dan, semua itu hanya gara-gara hormon di tubuh bernama Nerve Growth Factor (NGF).
Peran NGF

Efek cinta pada seseorang memang tidak hanya soal perasaan. Seluruh bagian tubuh bahkan sampai sel-sel terkecil pun ikut bereaksi ketika sedang jatuh cinta. Penelitian ini setidaknya membuka mata kita mengapa rasa cinta dan tergila-gila itu mudah sekali turun naik. Begitu juga dengan perasaan rindu.

Skala cinta dalam tubuh kita sendiri banyak ditentukan oleh sebuah hormon bernama neutrophin. Hormon ini berada dalam aliran darah dan mengendalikan tingkat hasrat kita terhadap pasangan atau sebaliknya. Neutrophin ini akan meningkat saat seseorang sedang dimabuk cinta.

Selain hormon neutrophin, ada juga hormon yang membangkitkan gairah cinta. Namanya Nerve Growth Factor atau lazim disebut NGF. Menurut para peneliti, hormon NGF akan meningkat sejalan dengan aktivitas romantisme sebuah pasangan. Emosi yang menggila ketika kita jatuh cinta pun ternyata banyak dipengaruhi si NGF yang jumlahnya fluktuatif alias naik-turun.
Hormon Pengganti

Nah kabar buruknya, setelah 1-2 tahun hubungan memasuki fase mapan, tingkat NGF dalam tubuh manusia ternyata akan kembali ke level normal. Apakah itu berarti gairah cinta dan romantisme bakal lenyap?

Jangan panik dulu! Menurut penelitian tersebut, bukan berarti pasangan yang sudah berhubungan dalam waktu lama tak lagi jatuh cinta. Hanya saja cinta yang mereka rasakan tidak lagi dikategorikan cinta akut.

Hormon neutrophin dan NGF yang menghilang tadi akan digantikan dengan hormon yang lebih penting yaitu oxcytosin. Jika neutrophin dan NGF berperan membakar hasrat cinta, oxytocin lebih kuat menimbulkan rasa cinta itu sendiri. Namun, reaksi yang sering ditimbulkan lebih kepada keinginan untuk memberi kehangatan dan kedamaian seperti pelukan dan belaian lembut. Tak heran hormon ini dikenal sebagai hormon cinta.

Memang hormon oxytocin lebih memiliki hubungan dekat dengan hormon estrogen yang diproduksi perempuan. Jika pada perempuan hormon ini besar pengaruhnya pada proses persalinan dan masa menyusui, maka pada pria justru berkaitan dengan libido. Bahkan penelitian pada mamalia jantan, oxytocyn mendorong si mamalia untuk berkomitmen.

Sayang, penelitian ini belum dilakukan pada manusia berjenis kelamin pria. Jadi, belum bisa dipastikan apakah hormon ini bisa membuat si dia tetap berkomitmen pada Anda setelah hubungan mapan. (Erma)

[chicmagz.com]