Menurut telegraph, Lembaga Pencegahan dan Pengendalian Wabah Internasional (CDC) secara tidak sengaja menemukan virus ini saat melakukan penelitian pada sejumlah kelelawar.
Dalam jurnal mereka Proceedings of the National Academy of Sciences, CDC menjelaskan bahwa temuan mereka ini adalah hasil penelitian terhadap 300 ekor kelelawar di Guatemala tahun 2009 sampai 2010 lalu.
Sebenarnya penelitian ini berfokus pada rabies dan penularannya, akan tetapi para ilmuwan menemukan sejenis virus baru pada kelelawar bahu kuning.
Meskipun kelelawar yang makan buah-buahan dan serangga itu tidak mempunyai sejarah mengigit manusia, namun menurut para peneliti ini tidak menutup kemungkinan virus yang ada pada mereka itu dapat menular ke manusia.
Salah satu peneliti, Ruben Donis, mengatakan bahwa sampai saat ini mereka belum bisa menentukan bahaya dan tipe flu itu, dan pihaknya saat ini sementara mempelajari virus tersebut.
Ditambahkan CDC, virus ini dapat bergabung daengan virus influenza lainnya, bertukar gen dan kemudian bermutasi kedalam bentuk virus baru yang jauh lebih mematikan.
Beberapa cara telah dilakukan untuk meneliti virus tersebut, misalnya mengembang biakkannya pada sel manusia dan pada telur ayam. Namun tak satupun yang berhasil, padahal ini merupakan jenis metode yang selalu dilakukan guna mengetahui cara penyebaran suatu virus.
[forumvivanews]