Indonesia kita ini begitu indah dan kaya
akan budaya, alam, dan lainnya. begitu banyak yang dimiliki Indonesia
yang tak dimiliki negara lain. berikut ini secuil kekayaan Indonesia
yang masuk dalam daftar situs warisan dunia UNESCO. Dan mudah-mudahan
kekayaan lainnya segera menyusul untuk masuk dalam jajaran ini.
1. Benteng Belgica
Benteng Belgica pada awalnya adalah
sebuahbenteng yang dibangun oleh bangsa Portugis pada abad 16 di Pulau
Neira, Maluku. Lama setelah itu, di lokasi benteng Portugis tersebut
kemudian dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah Gubernur
Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611. Benteng tersebut
kemudian diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua
buah benteng di Pulau Neira yaitu; Benteng Belgica dan Benteng Nassau.
Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan
masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC. Pada
tanggal 9 Agustus 1662, benteng ini selesai diperbaiki dan diperbesar
sehingga mampu menampung 30 – 40 serdadu yang bertugas untuk menjaga
benteng tersebut. Kemudian pada tahun 1669, benteng yang telah
diperbaiki tersebut dirobohkan, dan sebagian bahan bangunannya digunakan
untuk membangun kembali sebuah benteng di lokasi yang sama. Pembangunan
kali ini dilaksanakan atas perintah Cornelis Speelman. Seorang insinyur
bernama Adrian Leeuw ditugaskan untuk merancang dan mengawasi
pembangunan benteng yang menelan biaya sangat besar ini. Selain menelan
biaya yang sangat besar (309.802,15 Gulden), perbaikan kali ini juga
memakan waktu yang lama untuk meratakan bukit guna membuat pondasi
benteng yaitu sekitar 19 bulan. Biaya yang besar tersebut juga
disebabkan karena banyak yang dikorupsi oleh mereka yang terlibat dalam
perbaikan benteng ini. Akhirnya benteng ini selesai pada tahun 1672.
Sepuluh tahun kemudian komisaris Robertus Padbrugge ditugaskan untuk
memeriksa pembukuan pekerjaan tersebut, tetapi ia tidak berhasil dalam
tugasnya tersebut. Hal ini dikarenakan banyak tuan tanah yang
beranggapan bahwa biaya tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan
dengan hasilnya, sebuah benteng yang hebat dan mengagumkan. Karena hal
tersebut, Padbrugge menghentikan penyelidikannya. Walaupun benteng
tersebut dikatakan sangat hebat dan mengagumkan, tetapi masalah
bagaimana untuk mencukupi kebutuhan air dalam benteng masih juga belum
terpecahkan. Setelah menimbang-nimbang apakah akan menggali sebuah sumur
atau membuat sebuah bak penampungan air yang besar atau membuat empat
buah bak penampungan air yang lebih kecil, akhirnya diputuskan untuk
menggali sebuah sumur di dekat benteng dan menghubungkannya dengan
sebuah bak penampung air berbentuk oval yang dibuat di tengah halaman
dalam benteng. Pada tahun 1795, benteng ini dipugar oleh Francois van
Boeckholtz—Gubernur Banda yang terakhir. Pemugaran ini dilaksanakan juga
di beberapa benteng-benteng lain sebagai persiapan untuk menghadapi
serangan Inggris. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 8 Maret
1796, benteng Belgica diserang dan berhasil direbut oleh pasukan
Inggris. Dengan jatuhnya benteng ini, Inggris dengan mudah dapat
menguasai Banda. Pada tahun 1803 dilaporkan, setiap kali ada satu kapal
yang berlabuh, diadakan upacara band militer setiap jam 5 pagi dan jam 8
malam di benteng Belgica dan Nassau. Setiap hari Kamis dan Senin
dilakukan pawai militer pada jam 6.30 pagi. Pergantian jaga dilakukan
setiap pagi, siang dan malam pada kedua benteng tersebut, sehingga
hampir setiap jam masyarakat yang tinggal dekat kedua benteng tersebut
dapat melihat parade militer dan mendengarkan musik dari band militer.
Benteng Belgica telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia
UNESCO sejak tahun 1995.
2. Borobudur
Borobudur adalah nama
sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk
stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar
tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen
ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya
terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672
panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar
teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh
tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca
buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra
(sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini
merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan
dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi
timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan
suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya
melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan
itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan
Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah
berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak
kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar
langkan. Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad
ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa
serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan
bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang
saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak
saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan
pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982
atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs
bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Borobudur kini
masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan, tiap tahun umat Buddha
yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di
Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata,
Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak
dikunjungi wisatawan.
3. Candi Prambanan
Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang
yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur
Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di
perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi
antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar
tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai
Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa
wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan
mulai rusak.Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda, kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman
mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik
candi. beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran
besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan
di sepanjang Sungai Opak. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp
memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan
oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin
dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui
para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu
tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926
dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun
1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan
kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan
itu berlanjut hingga tahun 1993. Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila
minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi
kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO
mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini
terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi
peperangan. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri
dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga
candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang
Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan
Batara Brahma sang Pencipta. Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat
ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama
memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya
mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti
atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya. Arca
Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing)
oleh penduduk setempat. Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Batara
Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan satunya dipersembahkan kepada
Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan. Selain itu ada beberapa
candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang lembu Nandini,
wahana Batara Siwa, sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan sang Garuda,
wahana Batara Wisnu. Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi
menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang digambarkan di sini
berbeda dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuno, tetapi mirip dengan cerita
Ramayana yang diturunkan melalui tradisi lisan. Selain itu kompleks
candi ini dikelilingi oleh lebih dari 250 candi yang ukurannya
berbeda-beda dan disebut perwara. Di dalam kompleks candi Prambanan
terdapat juga museum yang menyimpan benda sejarah, termasuk batu Lingga
batara Siwa, sebagai lambang kesuburan. Pada 27 Mei 2006 gempa bumi
dengan kekuatan 5,9 skala Richter (sementara United States Geological
Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam
daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat
terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk di sana. Salah satu
bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya
Candi Brahma.
4. Taman Nasional Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser biasa
disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia
seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak
di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi
TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil,
Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera
Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang
tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh.
Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan
tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu : a.
perlindungan sistem penyangga kehidupan; b. pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; c. pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Secara yuridis formal
keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser untuk pertama kali dituangkan
dalam Pengumuman Menteri Pertanian Nomor: 811/Kpts/Um/II/1980 tanggal 6
Maret 1980 tentang peresmian 5 (lima) Taman Nasional di Indonesia,
yaitu; TN.Gunung Leuser, TN. Ujung Kulon, TN. Gede Pangrango, TN.
Baluran, dan TN. Komodo. Berdasarkan Pengumuman Menteri Pertanian
tersebut, ditunjuk luas TN. Gunung Leuser adalah 792.675 ha. Pengumuman
Menteri Pertanian tersebut ditindaklanjuti dengan Surat Direktorat
Jenderal Kehutanan Nomor: 719/Dj/VII/1/80, tanggal 7 Maret 1980 yang
ditujukan kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Dalam surat tersebut
disebutkan bahwa diberikannya status kewenangan pengelolaan TN. Gunung
Leuser kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Diterimanya Warisan Hutan
Hujan Tropis Sumatera ke daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 2004,
membuat Taman Nasional Gunung Leuser juga masuk dalam daftar Situs
Warisan Dunia oleh UNESCO, bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat
dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sebagai dasar legalitas dalam
rangkaian proses pengukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan
Menteri Kehutanan nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN. Gunung
Leuser seluas 1.094.692 hektare yang terletak di Provinsi daerah
Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam keputusan tersebut disebutkan
bahwa TN. Gunung Leuser terdiri dari gabungan:
2. Suaka Margasatwa Kluet : 20.000 hektare
3. Suaka Margasatwa Langkat Barat : 51.000 hektare
4. Suaka Margasatwa Langkat Selatan : 82.985 hektare
5. Suaka Margasatwa Sekundur : 60.600 hektare
6. Suaka Margasatwa Kappi : 142.800 hektare
7. Taman Wisata Gurah : 9.200 hektare
8. Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas : 292.707 hektare
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007, Saat ini pengelola TNGL adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA)Departemen Kehutanan yaitu Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang dipimpin oleh Kepala Balai Besar (setingkat eselon II). Salah satu Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang terkenal di dalam kawasan TNGL adalah Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera – Bukit Lawang di Kawasan Wisata Alam Bukit Lawang – Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sisi lain, taman nasional ini juga mendapat perhatian karena maraknya kasus penebangan pohon illegal di beberapa lokasi yang menyalahi reservasi lingkungan. Sebagian besar kawasan TNGL memiliki topografi yang curam dan struktur dan tekstur tanah yang rentan terhadap longsor. Hal ini terbukti pada saat banjir bandang yang menghancurkan kawasan wisata alam Bukit Lawang beberapa tahun lalu. Untuk lebih menjaga TNGL dari kerusakan yang lebih parah maka dibentuklah suatu kawasan yang disebut Kawasan Ekosistem Leuser. Kawasan yang memiliki luas 2,6 juta hektar ini meliputi area yang lebih datar di sekeliling TNGL dan berfungsi sebagai penyangga (buffer).
5. Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten
di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Ibukota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 3.037,9 km² dengan jumlah
penduduk ± 250.000 jiwa. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu
Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai
saat ini, seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya,
tarian, pakaian adat dan lain-lain.Bahasa utama di daerah Ngada adalah
bahasa Ngada. Dalam kebudayaan Ngada, rumah adat main peranan penting
dalam pola kemasyarakatan. Seorang Ngada adalah bagian dari suatu rumah
adat, berarti dari satu marga. Daerah Ngada dimasukkan ke dalam World
Heritage Tentative List UNESCO tanggal 19 Oktober 1995 dalam kategori
Kebudayaan. Kabupaten Ngada termasuk daerah yang paling miskin di
Indonesia. Namun daerah ini sangat terkenal di kalangan wisatawan asing
yang tertarik dengan kebudayaan. Dua desa yang paling banyak dikunjungi
di Ngada adalah Bena dan Wogo, di mana terdapat rumah adat dan
peninggalan megalithik. Di kabupaten Ngada juga terdapat Taman Laut
Nasional 17 Pulau Riung. Di situ terdapat antara lain mawar laut, aneka
jenis terumbu karang, Pulau Pasir Putih, kelelawar bakau di pulau
Ontoloe, Mbou (Kadal Raksasa yang merupakan Binatang Purbakala, masih
hidup secara alamiah di habitatnya hingga saat ini). Selain itu adalah
permandian air panas alam Mengeruda, Danau Wawomudha yang air kawahnya
berwarna merah, Air terjun Ogi, Wae Roa, eko wisata Lekolodo dan Pantai
pasir putih Waewaru. Obyek Wisata Budaya yang sangat terkenal ialah
Kampung Tradisional Bena, Bela, Gurusina serta Kampung Tua dan Batu
Megalith di Wogo. Selain itu banyak sekali terdapat masing banyak lagi.
Dengan jumlah penduduk mencapai 250.000 jiwa yang hidup pada umumnya
adalah petani. Kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten di Flores,
Nusa Tenggara Timur yang memiliki adat budaya yang sangat unik karena
pada kabupaten ini setiap kecamatan memiliki adat yang berbeda-beda
antara satu dengan lainya, contohnya dalam hal berbahasa antara
kecamatan satu dan lainya mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Selain itu
Kabupaten Ngada itu sendiri memiliki objek wisata alam dan budaya yang
sangat menarik, yaitu Taman Laut Tujuh Belas Pulau di Kecamatan Riung
yang dapat menarik bagi wisatawan asing maupun lokal.
6. Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat adalah
taman nasional terbesar di Sumatra, Indonesia yang memiliki luas wilayah
sebesar 13,750 km² dan membentang ke empat provinsi yaitu Sumatera
Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Taman nasional ini terletak
pada koordinat antara 100°31’18″E – 102°44’01″E dan 1°07’13″S –
1°26’14″S. Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang
memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatra, Gunung Kerinci (3.805
m). Taman nasional ini juga terdiri dari mata air-mata air panas,
sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau
kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Tujuh. Taman nasional ini
juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan
tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia
Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum. Fauna di
wilayah taman nasional terdiri antara lain Harimau Sumatra, Badak
Sumatra, Gajah Sumatra, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang Madu dan
sekitar 370 spesies burung. Diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis
Sumatera ke daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, membuat Taman
Nasional Kerinci Seblat juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia
UNESCO. Bersama dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan.
7. Mesjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu
mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah menjadi
tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam
ditanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini
diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan
Demak sekitar abad ke-15 Masehi. Masjid Agung Demak juga telah
dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO semenjak tahun 1995.
Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan
induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Tiang ini konon
berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal.
Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas
yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas
Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2)
Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”,
bertuliskan Condro Sengkolo, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani,
dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H. Raden Patah
bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha karya abadi yang karismatik
ini dengan memberi prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Condro
Sengkolo Memet, dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna
tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 (
satu ), kaki 4 berarti angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 (
nol ), ekor bulus berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid
Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Di dalam lokasi kompleks
Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak
dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah Museum Masjid Agung
Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung
Demak.
8. Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di
Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di Jawa
Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan
Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif Sangiran
terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah.
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini
terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Tahun 1934 antropolog Gustav
Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut.
Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek
moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus (“Manusia Jawa”). Ada
sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus
palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut. Di Museum Sangiran,
yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba
sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu,
yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum
ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs
manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga
dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air,
batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu. Pada awalnya
penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran.
Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga
membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah
yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau.
9. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
adalah sebuah taman nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan
tropis pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya.
UNESCO menjadikan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Warisan
Dunia. Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka
Margasatwa pada tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.
Pada awalnya ukuran taman adalah seluas 356.800 hektare . Tetapi luas
taman saat ini yang dihitung dengan menggunakan GIS kurang-lebih sebesar
324.000 Ha. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terletak di ujung
wilayah barat daya Sumatera. Tujuhpuluh persen dari taman (249.552
hektare) termasuk dalam administrasi wilayah Lampung Barat dan wilayah
Tanggamus, dimana keduanya adalah bagian dari Provinsi Lampung. Bagian
lainnya dari taman mencakup 74.822 hektare (23% dari luas taman
keseluruhan) dan berada di wilayah Kaur dari provinsi Bengkulu. Sumatera
Selatan juga sangat penting bagi tumpang-tindih perbatasan taman dengan
perbatasan provinsi. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki
beberapa hutan dataran rendah di Sumatera yang terakhir kali dilindungi.
Sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati dan merupakan tempat
tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling terancam di dunia:
gajah Sumatera (kurang dari 2000 ekor yang bertahan hidup saat ini),
badak Sumatera (populasi global keseluruhan: 300 individu dan semakin
berkurang drastis jumlahnya) dan harimau Sumatera (populasi global
keseluruhan sekitar 400 individu). Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
tercakup dalam Global 200 Ecoregions, yaitu peringkat habitat darat, air
tawar dan laut di bumi yang paling mencolok dari sudut pandang biologi
yang dibuat oleh WWF. Taman ini disorot sebagai daerah prioritas untuk
pelestarian badak Sumatera melalui program Asian Rhino and Elephant
Action Strategy (AREAS) dari WWF. Selain itu, IUCN, WCS dan WWF telah
mengidentifikasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Unit
Pelestarian Macan yaitu daerah hutan yang paling penting untuk
pelestarian harimau di dunia. Terakhir, pada tahun 2002, UNESCO telah
memilih daerah ini untuk diusulkan sebagai World Heritage Cluster
Mountainous Area beserta Taman Nasional Gunung Leuser dan Kerinci
Seblat. Sayangnya, hilangnya habitat sehubungan dengan konversi hutan
menjadi pemukiman, pengolahan dan perkebunan telah menjadi ancaman utama
bagi taman dan kelangsungan hidup spesies yang terancam di dalamnya.
Pelanggaran terhadap hak atas perkebunan kopi, merica, dan pertanian
lainnya secara lambat-laun merambah ke taman dan memberi kontribusi pada
hilangnya habitat secara substansial. Pembukaan hutan di Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan juga mendatangkan ancaman serius lainnya terhadap
spesies yakni perburuan liar. Sasaran keseluruhan dari proyek Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan adalah menjamin stabilitas atau
peningkatan populasi badak Sumatra, gajah Sumatra dan harimau Sumatra.
10. Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo terletak di antara
provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Taman nasional ini
terdiri atas tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau
Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603
km² dan wilayah total adalah 1817 km². Pada tahun 1980 taman nasional
ini didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya. Di sana terdapat
277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia
dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung,
dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies
hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya
yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka. Selain itu, di kawasan
ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies
karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000
spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk
berenang atau menyelam di perairan ini. Pulau-pulau ini aslinya adalah
pulau vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang lebih adalah 4.000
jiwa. Pada tahun 1986 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan
Dunia UNESCO. Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah
mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam
jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan Amazon, Teluk Halong,
Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan
Table Mountain. Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak.
11. Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz adalah sebuah
taman nasional yang terletak di provinsi Papua, Indonesia. Dengan luas
wilayah sebesar 25.000 km² Lorentz merupakan taman nasional terbesar di
Asia Tenggara. Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi dan banyak
terdapat tanaman asli, hewan dan budaya. Pada 1999 taman nasional ini
diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Wilayahnya juga terdapat
persediaan mineral, dan operasi pertambangan berskala besar juga aktif
di sekitar taman nasional ini. Ada juga Proyek Konservasi Taman Nasional
Lorentz yang terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi
komunal dan ekologi warisan yang berada di sekitar Taman Nasional Loretz
ini. Dari tahun 2003 hingga kini, WWF-Indonesia Region Sahul Papua
sedang melakukan pemetaan wilayah adat dalam kawasan Taman Nasional
Lorentz. Tahun 2003- 2006, WWF telah melakukan pemetaan di Wilayah Taman
Nasional Lorentz yang berada di Distrik (Kecamatan) Kurima Kabupaten
Yahukimo, dan Tahun 2006-2007 ini pemetaan dilakukan di Distrik Sawaerma
Kabupaten Asmat.
12. Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di
bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan Taman nasional ini
juga memasukan wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil disekitarnya
seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang. Taman ini mempunyai luas
sekitar 1,206 km² (443 km² diantaranya adalah laut), yang dimulai dari
tanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia. Taman Nasional ini
menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga
sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO pada tahun 1992, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang
sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50 sampai dengan 60 badak
hidup di habitat ini. Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian
pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh
penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal 27 Agustus 1883
yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan. Izin untuk
masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman
Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di
Pulau Handeuleum dan Peucang.
13. Trowulan, Mojokerto
Trowulan adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di
bagian barat Kabupaten Mojokerto, berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Jombang. Trowulan terletak di jalan nasional yang menghubungkan
Surabaya-Solo. Di kecamatan ini terdapat puluhan situs seluas hampir 100
kilometer persegi berupa bangunan, temuan arca, gerabah, dan pemakaman
peninggalan Kerajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat kerajaan berada di
wilayah ini yang ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitab Kakawin
Nagarakretagama dan dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan
dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil mengalahkan
Kertabumi, sejak saat itu ibukota Majapahit berpindah ke Daha. Kitab
Negarakertagama menyebutkan deskripsi puitis mengenai keraton Majapahit
dan lingkungan sekitarnya, tetapi penjelasannya hanya terbatas pada
perihal upacara kerajaan dan keagamaan. Detil keterangannya tidak jelas,
beberapa ahli arkeologi yang berusaha memetakan ibu kota kerajaan ini
muncul dengan hasil yang berbeda-beda. Penelitian dan penggalian di
Trowulan pada masa lampau dipusatkan pada peninggalan monumental berupa
candi, makam, dan petirtaan (pemandian). Belakangan ini penggalian
arkeologi telah menemukan beberapa peninggalan aktivitas industri,
perdagangan, dan keagamaan, serta kawasan permukiman dan sistem pasokan
air bersih. Semuanya ini merupakan bukti bahwa daerah ini merupakan
kawasan permukiman padat pada abad ke-14 dan ke-15. Reruntuhan kota kuno
di Trowulan ditemukan pada abad ke-19. Berdasarkan laporan Sir Thomas
Stamford Raffles yang menjabat sebagai gubernur Jawa dari 1811 sampai
1816, disebutkan bahwa; ‘terdapat reruntuhan candi…. tersebar bermil-mil
jauhnya di kawasan ini’. Saat itu kawasan ini merupakan hutan jati yang
lebat sehingga survei dan penelitian yang lebih rinci tidak mungkin
dilaksanakan. Meskipun demikian, Raffles yang sangat berminat pada
sejarah dan kebudayaan Jawa, terpesona dengan apa yang dilihatnya dan
menjuluki Trowulan sebagai ‘Kebanggaan pulau Jawa’. Trowulan telah
dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2009.
14. Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera
Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera
adalah tempat pelestarian bagi Hutan Hujan Tropis di Sumatera dan
habitat dari beberapa spesies yang hampir punah seperti, Harimau
Sumatera, Gajah Sumatera, dan Badak Sumatera yang merupakan spesies
Badak terkecil dan memiliki dua cula. Luas dari Hutan Hujan Tropis
Sumatera seluruhnya adalah 2,5 juta hektar yang terdiri dari 3 Taman
Nasional di Sumatera, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional
Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tempat ini
juga tempat berbagai jenis tumbuhan endemik seperti, kantong semar,
bunga terbesar di dunia Rafflesia Arnoldi, dan bunga tertinggi
Amorphophallus. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, hutan
hujan tropis Sumatera juga merupakan sumber mata pencarian bagi
masyarakat yang tinggal di sana. Beberapa suku tinggal di hutan hujan
tropis Sumatera, seperti suku Mentawai dan suku Anak Dalam. Hutan hujan
tropis Sumatera harus senantiasa dijaga kelestariannya. Terutama dari
ancaman penggundulan hutan, penambahan hutan untuk pertanian dan
pembuatan jalan, serta perburuan. Apabila kawasan ini tidak dilindungi,
maka keanekaragaman hayati yang hidup di sana terancam punah. Selain
itu, hutan hujan tropis Sumatera berperan penting dalam stabilitas
suplai air, ekologi, dan ekonomi, serta menekan pengaruh kekeringan dan
kebakaran. Untuk itulah melalui sidang ke 28 World Heritage Commitee,
yang diselenggarakan di Suzhou RRC pada bulan Juli 2004, Hutan Hujan
Tropis Sumatera di terima sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO,
karena merupakan kawasan Hutan Lindung dan rumah bagi sekitar 10.000
jenis tanaman , termasuk 17 genus endemis, lebih dari 200 spesies
mamalia, dan 580 spesies burung dan 465 berdomisili dan 21 merupakan
endemis. Di antara jenis mamalia, 22 adalah orang utan, yang tidak
ditemukan di tempat lain di Indonesia dan 15 hanya terbatas ke wilayah
Indonesia, termasuk Sumatra yaitu orang utan Sumatera. Hutan Hujan
Tropis Sumatera ini juga memberikan bukti dari evolusi biogeografi
pulau. Bagian yang menonjol dari Hutan Hujan Tropis Sumatera terdapat
pada Pegunungan Bukit Barisan yang dijuluki sebagai Andesnya Sumatera
Perpaduan Danau Gunung Tujuh yang sepektakuler yang merupakan Danau
tertinggi di Asia Tenggara keindahan Gunung Kerinci, Gua, dan Air Terjun
membuat tempat ini semakin tepat untuk wilayah Konservasi maupun
wisata. Setidaknya 92 jenis endemis lokal telah diidentifikasi di Taman
Nasional Gunung Leuser. Nominasi ini berisi populasi dari kedua bunga
terbesar di dunia Rafflesia arnoldi dan bunga tertinggi Amorphophallus
titanium, tempat ini sangat penting bagi konservasi vegetasi pegunungan
khusus dari properti tersebut.
[serbadidunia.wordpress.com]