Angin kencang menjadi masalah serius di sejumlah wilayah Indonesia. Di
Kalimantan Selatan misalnya, angin puting beliung yang disertai
gelombang pasang menerjang 86 desa di enam kabupaten. Akibatnya, puluhan
rumah rusak, lima orang hilang, dan 3.000 orang pun menderita akibat
terjangan angin.
Selain di Kalimantan Selatan, angin kencang juga
diprediksi akan menerjang wilayah Jakarta. Setidaknya dalam tiga hari
sejak kemarin, angin kencang masih akan terjadi, yang juga berpotensi
disertai hujan deras disertai petir.
Kepala Sub Bidang Informasi
Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Harry Tirto
Djatmiko, mengatakan angin kencang terjadi akibat badai tropis yang
mengakibatkan tekanan rendah, atau adanya awan cumulonimbus.
"Awan
cumulonimbus (awan hitam menjulang tinggi) dapat menimbulkan hujan
lebat dan angin kencang. Biasanya sebelum terjadi hujan lebat didahului
angin kencang. Angin kencang pada awan tersebut kecepatan dapat mencapai
35-50 Km per jam," kata Harry, 20 Maret 2012.
Di wilayah yang
dilewati badai tropis, Harry menjelaskan, angin bisa mencapai 120 km per
jam. Walau Indonesia tidak dilewati badai tropis, namun dampak angin
kencang masih bisa terjadi.
Harry menjelaskan, angin kencang
akibat dampak badai tropis dapat mencapai 70 Km per jam, terutama di
daerah yang berdekatan dengan lintasan badai tropis. "Misalnya Bali,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur," ucapnya.
Saat ini,
Harry menjelaskan, dampak angin sedikit mulai berkurang. Ini
disebabkan, "badai tropis Lua yang berada di barat laut Australia sudah
punah".
Sebelumnya, angin kencang disebabkan karena adanya
komponen awan yang memanjang di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera,
Jawa, Bali, hingga Laut Arafuru.
"Itu akibat adanya bibit badai di Teluk Carpentaria," kata Harry.
Kondisi
ini berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin
kencang seperti yang terjadi kemarin. "Keadaan demikian terutama terjadi
di daerah Katulistiwa dan selatan Katulistiwa Indonesia," ucapnya.
Hingga April di Jabodetabek
BMKG
pun meminta masyarakat untuk mematuhi instruksi yang disampaikan Dirjen
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, yang memungkinkan untuk
melarang aktivitas penyeberangan laut. Sebab, angin kencang menimbulkan
gelombang tinggi, dan berbahaya bagi pelayaran.
Selain itu,
Harry juga menyebut, peluang hujan disertai angin kencang diperkirakan
masih berlangsung hingga April di wilayah Jabodetabek. Kecepatan angin
diperkirakan mencapai 35 sampai 40 kilometer per jam.
Untuk
masyarakat Jakarta, BMKG meminta masyarakat tetap mewaspadai ancaman
bahaya akibat angin kencang. "Jika berteduh sebaiknya di bawah bangunan
permanen, jangan di bawah pohon," tutur Harry.
Keadaan ini tidak
hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
"Potensi hujan disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi
singkat terjadi di seluruh wilayah Jabodetabek," ujar dia.
[vivanews]